Sunday 1 October 2017

Suciwan Persamuan Kolam Teratai 06



Suciwan Persamuan Kolam Teratai
(Bagian 6)
Pepatah mengatakan : “Lebih baik menjadi anjing di era damai, juga takkan menjadi manusia di era kacau”. Master Hai Xian lima bersaudara, ibunda bersusah payah membesarkan 5 anak, jerih payahnya tak terungkapkan dengan kata-kata.

Ketika Master berusia 18 tahun, bisul tumbuh di kaki Master lalu pecah jadi borok, ibunda mencari dokter ke mana-mana, namun kondisi Master juga tidak membaik.

Master Hai Xian menyadari Hukum Karma, berkata : "Obat manjur sulit menyembuhkan penyakit karma!", makanya melepaskan pengobatan, siang malam mengulang nama Bodhisattva Avalokitesvara.

Beberapa bulan kemudian penyakitnya sembuh tanpa obat, sejak itu keyakinan Master kian kokoh, ucapan Buddha tulus sepenuhnya dan sama sekali tidak semu. Bodhisattva berkata "Melampaui segala derita", ternyata tidak mengelabui manusia.

Setelah melewati cobaan yang hampir merenggut nyawanya, membuat Master menyadari bahwa kematian merupakan masalah terbesar dalam kehidupan manusia, sehingga bertekad mengakhiri samsara.

Tahun 1920, Master Hai Xian berusia 20 tahun, pamit pada ibundanya, menuju ke Vihara Yuntai, Tai-bai-ding, di Pegunungan Tongbai, ditahbiskan oleh Master Chuan Jie, diberi nama Dharma "Hai Xian".

Saat Master berusia 23 tahun, menjalani Upasampada di Vihara Rongbao di Hubei. Master Chuan Jie adalah praktisi senior Sekte Linji, tapi tak pernah mengajari meditasi pada Master Hai Xian, juga tidak mengajari cara berceramah, hanya mengajarinya melafal Namo Amituofo berkesinambungan

Catatan :
Upacara Upasampada adalah upacara pengambilan sila KeBhiksuan atau Pratimoksha Sila, seperti yang tercantum di dalam Dharmagupta-vinaya/Vinaya Mahayana (四分律), Bhiksu menjalani 250 butir sila dan Bhiksuni menjalani 348 butir sila.

Tahun 1936, Master Hai Xian berusia 36 tahun, abang sulung yang telah lama terpisah, berhasil menemukannya, tidak lama kemudian meninggal dunia karena stroke, oleh karena saat itu hidup sangat susah, hanya bisa mengubur jenazah abang dengan seadanya di Gunung Tongbai.

Sehari sebelum Master Hai Xian wafat, memberitahu seorang umat, bermimpi abang sulung datang memohon pelimpahan jasa padanya, berharap jenazahnya dapat dikuburkan di kampung halaman. Jalinan persaudaraan yang erat, membuat orang jadi terharu. 


海会圣贤
(六)
俗语云:「宁为太平犬,不做乱世人。」贤公雁行五人,慈母于苦难中将几个儿女拉扯成人。其中之苦楚,自是不忍称说了。

 十八岁时,贤公腿生痈疮,大幅溃烂,母亲为之四处访求名医,全然回天乏术。师深知因果,叹曰:「妙药难医冤业病。」遂舍弃医药,从朝至暮一心称念观世音菩萨圣号。数月后,顽疾不药而愈。师由此越发坚信佛语至诚、确无诳语,菩萨所言「度一切苦厄」,果不欺人。历此生死大劫,也令贤公深刻领悟到轮回路险、死生事大,遂生起出离之心。

 民国九年,师二十岁,决意拜别慈母,投在桐柏山太白顶云台寺上传下戒老和尚座下。老和尚亲自为之剃度,赐法名曰「海贤」,字「性诚」。贤公于二十三岁时,赴湖北荣宝寺受具足戒。

 传戒公本是临济宗白云系的一代大德,然而却不曾教授贤公参禅打坐,也没有教授讲经说法,唯传六字洪名,嘱其一直念去。

 民国二十五年,贤公三十六岁,离别多年的大哥找到了他,不久,因突发脑溢血死在了贤公的怀里。因当时条件太过艰苦,贤公只能将大哥草草安葬在了桐柏山。贤公往生的前一天还和一位居士说起,说梦到大哥前来找他求超度,希望遗骨能回归故乡安葬。其兄弟情深、同胞义笃,不觉令人望空肠热!